Teringat ketika aku masih SD, waktu itu mau ke rumah Pak de di cirebon. Kalau rombongan paling enak dan paling murah ya dengan naik kereta api. Saat iku aku gak tau gimana caranya, pokoknya sudah ada tiket terus tinggal berangkat dari strasiun ngebruk. Yang berangkat Ibu, sama 3 saudaranya ibu, sama aku. Pertama kalinya naik kereta api, seinget ku sudah ada di kereta, sudah penuh,duduk-duduk di tengah jalan.
Pedagang asongan, penjual minuman juga hilir mudik, apa lagi di setiap stasiun berhenti, maka rombongan penjual akan berdatangan. Yang menghebohkan saat malam menjelang, yang bisa duduk di kursi bisa tidur sambil duduk, yang gak dapat tempat duduk, tidur di bawah kursi apa di tengah jalan, gak menghiraukan orang yang lewat.
Dan di tahun 2010, saat ada Kejurnas Merpati Putih di TMII Jakarta, kita berangkatnya nail kereta juga. Dan ceritanya masih tetap sama. Yang berangkat dari Malang, masih bisa dapat tempat duduk, mulai dari Blitar dan seterusnya mulai berdesak-desakan. Baru di sekitar tahun 2012 berlaku sistem boarding di PT KAI yakni nama penumpang dan identitasnya harus sesuai dengan tiket, dan yang boleh masuk stasiun hanya penumpang yang mempunyai tiket dan berangkat pada hari itu (ini beritanya). Juga KA Ekonomi juga sudah ada AC nya juga, stasiun gak semrawut lagi dan di dalam kereta. Juga bisa mesan tiket 3 bulan sebelum keberangkatan.
Itu di kereta api, dengan kelebihan dan kekurangannya, terus bagaimana dengan salah satu transportasi massal yang lainnya?Kebetulan kemarin dari jakarta mau ke malang, naik bus, karena tiket KA sudah habis sampai tahun baru 2016. Terminal Arjosari di Malang, di Bungurasih Surabaya masih sopan dan tidak terlalu menakutkan dari pada di Jakarta. Di Bungurasih, ke Bogor Rp. 300.000 (tahun 2014 saat mau kejuaraan di IPB ke bogor). Yang nawarin masih sopan, dia tanya kemana, kalau gak keluar Jatim ya udah, dibiarin, pakai seragam sesuai PO nya masing-masing. Meskipun nunggu lama, bisnya AC,toilet,musik,ada kue,ada selimut, duduknya dua-dua, ada colokan, makan 1 x, gak ada asongan masuk, padahal itu langsung beli tanpa pesen dulu, harga sesuai dengan fasilitas.
Namun di Ibu Kota, ceritanya tidak sama, calonya lebih tega dan nekat. Harga tidak sesuai kenyataan, yang kena calo sebagian besar tujuan Jawa Timur, yang sesuai sama tujuan sesuai harga standar. Kenapa calo, selain maksa sambil nyekik-nyekik leher (waktu ngobrol2 sama penumpang lain), tujuannya tidak sesuai, bisnya ternyata cuma sampai solo saja. sampai solo di oper bus lain.
Ceritanya begini, senin 22 Desember 2015 mau naik bis dari jakarta ke malang, karena tiketnya KA sudah habis. Awalnya sebelum berangkat sudah tanya-tanya pesen tiket bus dulu, tapi katanya langsung saja ke terminal. Akhirnya langsung ke terminal Kampung Rambutan, dari depok naik angkot D112 langsung ke kampung rambutan, dua orang 16 ribu. Kita masing-masing bawa tas ransel, sama bawa 1 koper. Langsung jalan ke tempat jurusan AKAP. Habis bayar peron 1 ribu satu orang, dibelakang petugas dishubnya sudah banyak orang yang nunggu, begitu kita lewat langsung di arahkan ke POnya, mereka gak pakai seragam. Kita bilang mau ke malang, tinggal ngambil tiket saja.
Waktu jalan ditanyai lagi sama orang lain, kita jawab ke malang lagi, tapi bilang belum punya tiket, orang tadi marahin orang yang sebelumnya kalau ternyata kita belum ada tiket. Kita jalan ke loket Pahala Kencana, tapi sama orang tadi dibentak, buat apa kesitu, mahal dll. Akhirnya kita jalan ke loket PO Handoyo, tulisannya VVIP+Toilet+AC ke Malang Rp. 310.000, tapi kita ditarik Rp. 325.000, ya gak apalah, mungkin mau libur panjang jadi naik. Tapi perasaan Handoyo cuma Malang Jogja, tapi ini yang Jakarta Malang. Akhirnya DP dulu, soalnya uang kita ngepas, DP 200 ribu dulu, jam 2 baru berangkat, masih sempat ke ATM.
Ternyata belum ditransfer, akhirnya pakai uang sendiri, termasuk uang receh, akhirnya pas Rp. 650.000, tiket Jakarta Malang, bayangannya sih duduk ber2 sama mega, selimutan, AC, Musik, besok pagi sampai. Tapi waktu dikasih tiketnya, cuma selembar aja tiketnya, dan bukan PO Handoyo, ternyata PO Harta Sanjaya, wes sudah merasa ada yang gak enak. Apalagi waktu naik, dari luar masih bagus bis Malang-Suarabaya yang ekonomi AC. Tempat duduknya 2-3, tanpa ac, gak ada tv, gak ada musik, gak ada selimut, dan cuma berhenti di solo. Kalau gini 100 ribu aja, dan gak hanya kita, 12 orang yang tujuan jawatimur sama seperti itu. Tapi dengan 325 ribu semoga meskipun di oper gak bayar lagi, uang terakhir, akhirnya was-was juga naik bisnya, gak tenang.
Apalagi asongan yang naik bis, tempat duduknya juga berdebu. Yang menakutkan penjual jam sama power bank, murah cuma 15 ribu. Yang gak punya jam di tawarin jam, yang sudah punya jam ditawarin powerbank, yang ngeri itu waktu nawarain,lama bangetttt. Akhirnya tau kenapa kok lama, waktu ketempat duduk kita, karena sudah punya jam tangan, ditawarin power bank, tapi sambil marah, sambil ngancem buat beli, kalau gak mau di ajak berantem. Tapi kita gak mau, akhirnya jurusnya terakhir yang dipakai, orang itu cowok dengan tiba-tiba nyubit puting ku, wihhhh serem, tapi q teteap cool, tetep nolak, mega langsung meluk aku sambil bilang gak usah hihihi asikkkkkk. Akhirnya masnya lanjut nawarin penumpang didepan, dengan modus yang sama.
Akhirnya bisnya jalan lagi, kita kira langsung berangkat, ternyata mengambil penumpang di daerah PAL, mereka sepertinya penumpang yang benar-benar mau ke Solo dan sekitarnya. Dikira akan berangkat, ternyata masih ngetem sampai jam 5 sore, dan ketika akan berangkat tidak masuk tol, malah ke arah terminal kampung rambutan, dan ngambil 2 penumpang, dan ketika keluar tidak berangkat, ternyata ngetem lagi di tempat tadi, jam 6 baru bergerak menuju keluar kota fiuhhhh.
Tiap berhenti, pasti ada asongan atau pengamen yang masuk, benar-benar tidak sesuai dengan harga. Tapi gimana lagi, dinikmati saja. Sekitar jam 23.00 sampai daerah subang, Istirahat untuk makan, karena gak ada tiket makan akhirnya harus bayar sendiri, fiuhhhh, masih lama perjalanan, Jawa Tengah aja masih jauhhhh....
Dan di tahun 2010, saat ada Kejurnas Merpati Putih di TMII Jakarta, kita berangkatnya nail kereta juga. Dan ceritanya masih tetap sama. Yang berangkat dari Malang, masih bisa dapat tempat duduk, mulai dari Blitar dan seterusnya mulai berdesak-desakan. Baru di sekitar tahun 2012 berlaku sistem boarding di PT KAI yakni nama penumpang dan identitasnya harus sesuai dengan tiket, dan yang boleh masuk stasiun hanya penumpang yang mempunyai tiket dan berangkat pada hari itu (ini beritanya). Juga KA Ekonomi juga sudah ada AC nya juga, stasiun gak semrawut lagi dan di dalam kereta. Juga bisa mesan tiket 3 bulan sebelum keberangkatan.
Itu di kereta api, dengan kelebihan dan kekurangannya, terus bagaimana dengan salah satu transportasi massal yang lainnya?Kebetulan kemarin dari jakarta mau ke malang, naik bus, karena tiket KA sudah habis sampai tahun baru 2016. Terminal Arjosari di Malang, di Bungurasih Surabaya masih sopan dan tidak terlalu menakutkan dari pada di Jakarta. Di Bungurasih, ke Bogor Rp. 300.000 (tahun 2014 saat mau kejuaraan di IPB ke bogor). Yang nawarin masih sopan, dia tanya kemana, kalau gak keluar Jatim ya udah, dibiarin, pakai seragam sesuai PO nya masing-masing. Meskipun nunggu lama, bisnya AC,toilet,musik,ada kue,ada selimut, duduknya dua-dua, ada colokan, makan 1 x, gak ada asongan masuk, padahal itu langsung beli tanpa pesen dulu, harga sesuai dengan fasilitas.
Namun di Ibu Kota, ceritanya tidak sama, calonya lebih tega dan nekat. Harga tidak sesuai kenyataan, yang kena calo sebagian besar tujuan Jawa Timur, yang sesuai sama tujuan sesuai harga standar. Kenapa calo, selain maksa sambil nyekik-nyekik leher (waktu ngobrol2 sama penumpang lain), tujuannya tidak sesuai, bisnya ternyata cuma sampai solo saja. sampai solo di oper bus lain.
Ceritanya begini, senin 22 Desember 2015 mau naik bis dari jakarta ke malang, karena tiketnya KA sudah habis. Awalnya sebelum berangkat sudah tanya-tanya pesen tiket bus dulu, tapi katanya langsung saja ke terminal. Akhirnya langsung ke terminal Kampung Rambutan, dari depok naik angkot D112 langsung ke kampung rambutan, dua orang 16 ribu. Kita masing-masing bawa tas ransel, sama bawa 1 koper. Langsung jalan ke tempat jurusan AKAP. Habis bayar peron 1 ribu satu orang, dibelakang petugas dishubnya sudah banyak orang yang nunggu, begitu kita lewat langsung di arahkan ke POnya, mereka gak pakai seragam. Kita bilang mau ke malang, tinggal ngambil tiket saja.
Waktu jalan ditanyai lagi sama orang lain, kita jawab ke malang lagi, tapi bilang belum punya tiket, orang tadi marahin orang yang sebelumnya kalau ternyata kita belum ada tiket. Kita jalan ke loket Pahala Kencana, tapi sama orang tadi dibentak, buat apa kesitu, mahal dll. Akhirnya kita jalan ke loket PO Handoyo, tulisannya VVIP+Toilet+AC ke Malang Rp. 310.000, tapi kita ditarik Rp. 325.000, ya gak apalah, mungkin mau libur panjang jadi naik. Tapi perasaan Handoyo cuma Malang Jogja, tapi ini yang Jakarta Malang. Akhirnya DP dulu, soalnya uang kita ngepas, DP 200 ribu dulu, jam 2 baru berangkat, masih sempat ke ATM.
Ternyata belum ditransfer, akhirnya pakai uang sendiri, termasuk uang receh, akhirnya pas Rp. 650.000, tiket Jakarta Malang, bayangannya sih duduk ber2 sama mega, selimutan, AC, Musik, besok pagi sampai. Tapi waktu dikasih tiketnya, cuma selembar aja tiketnya, dan bukan PO Handoyo, ternyata PO Harta Sanjaya, wes sudah merasa ada yang gak enak. Apalagi waktu naik, dari luar masih bagus bis Malang-Suarabaya yang ekonomi AC. Tempat duduknya 2-3, tanpa ac, gak ada tv, gak ada musik, gak ada selimut, dan cuma berhenti di solo. Kalau gini 100 ribu aja, dan gak hanya kita, 12 orang yang tujuan jawatimur sama seperti itu. Tapi dengan 325 ribu semoga meskipun di oper gak bayar lagi, uang terakhir, akhirnya was-was juga naik bisnya, gak tenang.
Apalagi asongan yang naik bis, tempat duduknya juga berdebu. Yang menakutkan penjual jam sama power bank, murah cuma 15 ribu. Yang gak punya jam di tawarin jam, yang sudah punya jam ditawarin powerbank, yang ngeri itu waktu nawarain,lama bangetttt. Akhirnya tau kenapa kok lama, waktu ketempat duduk kita, karena sudah punya jam tangan, ditawarin power bank, tapi sambil marah, sambil ngancem buat beli, kalau gak mau di ajak berantem. Tapi kita gak mau, akhirnya jurusnya terakhir yang dipakai, orang itu cowok dengan tiba-tiba nyubit puting ku, wihhhh serem, tapi q teteap cool, tetep nolak, mega langsung meluk aku sambil bilang gak usah hihihi asikkkkkk. Akhirnya masnya lanjut nawarin penumpang didepan, dengan modus yang sama.
Akhirnya bisnya jalan lagi, kita kira langsung berangkat, ternyata mengambil penumpang di daerah PAL, mereka sepertinya penumpang yang benar-benar mau ke Solo dan sekitarnya. Dikira akan berangkat, ternyata masih ngetem sampai jam 5 sore, dan ketika akan berangkat tidak masuk tol, malah ke arah terminal kampung rambutan, dan ngambil 2 penumpang, dan ketika keluar tidak berangkat, ternyata ngetem lagi di tempat tadi, jam 6 baru bergerak menuju keluar kota fiuhhhh.
Tiap berhenti, pasti ada asongan atau pengamen yang masuk, benar-benar tidak sesuai dengan harga. Tapi gimana lagi, dinikmati saja. Sekitar jam 23.00 sampai daerah subang, Istirahat untuk makan, karena gak ada tiket makan akhirnya harus bayar sendiri, fiuhhhh, masih lama perjalanan, Jawa Tengah aja masih jauhhhh....
Bersambung ke sini
No comments:
Post a Comment