Entri Populer

Thursday 29 January 2015

Stasiun Pasar Senen, tempat bercabangnya Kereta

   Akhirnya sampai Stasiun Pasar Senen, tapi karena waktunya mepet dan belum sempat cetak tiket akhirnya buru-buru. Deni juga belum pesen tiket, dan semoga masih ada. Deni sempat ku tanyain, kalau tiketnya habis mau nginep di stasiun baru pulang besok. Yang masih teringat, saat itu tempat parkirnya masih di renovasi. Jarak dari pintu keluar KRL ke loket dan tempat cetak mandiri cukup jauh, kira-kira 50 meter. Jangan takut tersesat karena ada petunjuk jalannya.
   Setelah ketemu loket, deni beli tiket dulu, sedangkan ku masih ke ruang tunggu, karena di situ ada mesin cetak tiket mandiri. Di sebelah kanan ada kursi untuk tempat duduk, sedangkan di ujung sebelah kiri, terdapat mesin cetak mandiri, cukup banyak, ada 5 buah mesin cetak mandiri. Gak perlu antri terlalu lama, langsung bisa cetak sendiri. Nah setelah ini yang membuat  panik, antara menunggu, cari baru, atau tidur di stasiun...
   Persoalannya, setelah pesen tiket online, gak ku cetak langsung, hanya di kasih no booking lewat email. Jam 16.45 dan keretanya berangkat jam 17.15. Saat di depan mesin cetak mandiri, buka email, cek email masuk dari penjual tiket online. Masukkan nomor dan jeng jeng tidak muncul, nomernya salah. Berusaha tidak panik, tidak ada yang antri jadi kumasukin lagi nomernya, sampai 3 kali, dan tidak bisa.
   Akhirnya duduk dulu, ngecek ada yang salah ada dimana, setelah di cek ternyata di email itu nomer pembayaran, dan ada 1 attachtments. Ku download, tapi tidak bisa di buka, harus upgrade apa gitu lupa. Akhirnya ku putuskan pergi CS Stasiun Pasar Senen untuk minta no booking kalau bisa. Mau masuk, ketemu deni, sudah beli tiket, wah bimbang antara beli tiket atau ke CS. Deni mau sholat dulu, tapi hpnya kupinjem dulu siapa tau bisa di buka di HPnya. Tapi ternyata lowbat, tapi kucoba siapa tau bisa di detik-detik terakhir. Mauk di ruang CS, dan yang antri banyak banget, dan sudah jam 5 sore. Cuma bisa duduk, pasrah, kalau gqk bisa ya sudahlah. Hpnya deni mati sebelum bisa dipakai, tiba-tiba inget, emailnya tadi ku buka lewat aplikasi, kucoba buka lewat browser. Download dann Alhamdulillah bisa di buka, langsung keluar dari ruangan, buru-buru ke mesin cetak. Buka attatcment, dan ada nomer booking dan data penumpang, ini dia yang di cari dan akhirnya bisa di cetak.
    Langsung nyari deni, masuk ke kereta. Tapi ku ngajak deni beli camilan dulu, biar gak kelaparan, tanya petugasnya masih 10 menit lagi, fiuhhh. Beli camilan di sevel, minum langsung balik lagi. Penumpang sudah pada masuk semua, waktu ku menuju tempat duduk, sudah ada yang duduk di situ, ku tanyai katanya dia di situ, baris B. Wah ku kepikiran jangan-jangan tiket ku palsu, soalnya ku biasanya pesen di tiket.com, ini pesen lewat aplikasi padi train. Lalu kutanya, B berapa, setelah di cek, dia di B 3, aku di B1. Aku sebenarnya deket jendela, tapi penumpang sebelah ku minta tuker, akhirnya aku di pinggir.
    Kereta pun berangkat, meniti rel yang tiap hari menahan beban kereta yang selalu lewat. Bayangan rumah kelihatan seperti mengejar kereta. Perlahan namun pasti, kereta mulai bergerak meninggalkan ibu kota. Ibu kota yang penuh kenangan, bukan kotanya, orangnya yang membawa kenangan di ibu kota, tapi kerinduan itu tidak bisa diobati, harus pergi meninggalkan juga akhirnya. Aku bisa merasakan apa yang dia lihat dulu waktu pulang pergi jakarta malang, jakarta lamongan, jalan yang dia lihat, suasananya. Ingin saat itu, atau saat ini (waktu pulang di kereta) ada bersama mu, tapi apa daya, kereta kita sudah melewati rel yang berbeda.
   Gelap mulai menghampiri, sebelah ku, cewek sekitar umur 24 tahun, turun semarang, ke jakarta cuman main. Depanku, pasutri, turun semarang, istrinya asli malang. Bangku C, sebelah kiri ku sepertinya mau ke gunung, gunung semeru karena bawa carier. Bangku A sebelah kiriku, ada pasutri bawa anak kecil, dan sepertinya bapaknya sebel kalau anaknya nangis, istrinya di marahin kalau anaknya nangis. Baru kali ini naik Majapahit, cukup bagus, tapi belum ngecek toilet. Perkembangan zaman, di kereta sekarang ada stopkontak. Sekarang sudah zamannya anak kecil sudah bawa hp android, jadi di kereta disediaan stopkontak untuk ngecharge hp. 2010 masih belum ada, sebelah ku dan depanku begitu datang langsung ngecharge hp nya.
    Ketika sudah mulai lapar, sudah ada petugas yang keliling jual makanan berat dan makanan atau minuman ringan, mirip dengan pramugari, kalau matarmaja belum
ada sepertinya. Keramah tamahan orang jawa di mulai, sebelahku nawarin roti dan snack, tapi ku jaim dulu, bilang terima kasih terus nolak. Pasutri di depanku nawarin buah anggur, tapi sama, ku jaim dulu. Inget jaim terkadang bisa bikin kelaparan, tapi ku beli sendiri jadi gak mungkin kelaparan :p.
    Sebelahku akhirnya memulai cerita, maklum kalau cewek ketemu orang terus diem gak ngomong, kalau gak sakit gigi ya masih PMS. Setelah cerita basa basi, akhirnya dia cerita, (ku juga gak tanya namanya siapa), dia kerja di semarang, pustakawan di salah satu universitas. Ke jakarta untuk tes cpns, tapi gak lolos. Rencana pulang hari minggu pagi, tapi di ajak temennya jalan jalan dulu, akhirnya pulang minggu sore.
   Lalu dia tanya aku masih kuliah?sebenernya ku mau bilang masih angkatan 2013 hahaha.  Ku cerita saja sudah lulus, sudah kerja. Dia sepertinya kaget, wajah masih imut dan unyu seperti aku sudah kerja. Lalu aku cerita, sebentar lagi ada moratorium cpns, 5 tahun, dia langsung bilang kalau rejeki tidak hanya dari PNS. Dia sepertinya tegar :D, terus dia nawarin snack, ku  dah gak jaim (udah gak malu sebenarnya), ku makan aja.
    Kereta berjalan terus, menembus gelap malam, sesekali terdengat suara orang yang melempar kereta dengan batu, tapi hanya saat baru keluar dari jakarta. Berusaha tidur, tapi bolak balik kebangun, kaki gak bisa di lurusin. Sekitar jam 12, sampai semarang, mbknya siap-siap turun, snack rotinya di kasihkan ke aku, lumayan buat ganjal perut. Aku sudah berasa, meskipun depan dan samping ku turun, sepertinya akan ada yang naik di semarang.dan ternyata benar, malah badannya gede semua, kejepit rasanya hahaha. Tapi mulai masuk jawa timur, madiun, mulai banyak yang turun, sudah mulai banyak yang kosong. Akhirnya depan ku pindah ke bangku yang kosong, aku pindah depan biar bisa selonjoran.
   Dan akhirnya sampai juga di Stasiun Tercinta, Malang, stasiun dimana dulu aku mengantarkan dia ke jakarta, stasiun ku bertemu dia, dan sekarang stasiun tercinta karena stasiun di kota ku sendiri :p. Rezeki itu hanya dari Allah, dan bukan hanya berbentuk uang, teman yang baik, kesehatan, dan yang lainnya, apakah kita mau mensyukuri hal itu?dan jangan beranggapan rezeki itu dari bos kita, atau dari orang lain, mereka hanya perantara.

Malang, 29 januari 2015


Capslock

NRP

No comments:

Post a Comment